Hai,

Nama saya Galih Sulung Raharja, saya berasal dari Kota Jepara

dan saya sedang menempun pendidikan di Poltekkes Semarang jurusan kesehatan gigi dan mulut

saya mempunyai hobi bermian sepak bola dan futsal, saya juga mempunyai cita-cita menjadi orang sukses.

Penyebab Umum Terjadinya Karies

 LANDASAN TEORI

A.   Karies

1.    Pengertian Karies

 Karies gigi atau gigi berlubang adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan keras gigi, dimulai dari lapisan gigi yang paling luar yaitu email hingga ke pulpa yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme dari bakteri yang ada dalam plak sehingga menyebabkan demineralisasi atau lepasnya mineral – mineral pada gigi akibat interaksi produk – produk mikroorganisme, sisa makanan yang ada di permukaan gigi serta saliva (Ramayanti, 2013).

Penyebab umum terjadinya karies gigi adalah akibat dari proses fermentasi pada sisa sisa makanan yang terdapat dalam rongga mulut. Proses tersebut disebabkan oleh adanya bakteri dalam rongga mulut yang mengubah zat gula menjadi asam – asam organik yang dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya lubang pada gigi (Soemartono, 1991 dalam Ratnasari, 2014).

Penyakit gigi dan mulut seperti karies gigi disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal penyebab terjadinya karies adalah struktur gigi, saliva, mikroorganisme,serta  substrat. Keempat faktor tersebut  dipengaruhi oleh waktu sebagai faktor tambahan. Apabila keempat faktor tersebut saling bertumpang tindih akan menyebabkan karies, selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses terjadinya karies, yaitu faktor luar atau faktor eksternal yang secara tidak langsung mempengaruhi proses terjadinya karies, antara lain perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan (Putri, dkk, 2011).

2.    Faktor Resiko Karies

Karies gigi terjadi karena sejumlah faktor (multiple factor) yang saling mempengaruhi yaitu tiga faktor utama yakni gigi, saliva, mikroorganisme serta substrat dan waktu sebagai faktor tambahan (Putri, dkk, 2011). Keempat faktor tersebut digambarkan sebagai lingkaran, apabila keempat faktor tersebut saling tumpang tindih maka akan terjadi karies gigi. Selain itu karies gigi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara tidak langsung yang disebut sebagai faktor luar atau faktor eksternal yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan (Notoatmodjo, 2011).

     Berikut ini merupakan faktor eksternal karies :

a.  Pengetahuan

            Pengetahuan menjadi faktor risiko penyebab karies gigi. Menurut Notoatmodjo (2011) dalam Rachmawati, (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah sesorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, perasa dan peraba.

            Tingkat pengetahuan yang kurang tentang kesehatan gigi dan mulut berperngaruh terhadap karies gigi. Pengetahuan tentang gigi berlubang, upaya pengobatan gigi berlubang, dan makanan berserat masih rendah. Semakin rendah pengetahuan seseorang tentang kesehatan gigi dan mulut, maka akan semakin rendah pula tingkat kesadarannya untuk menjaga dan merawat kesehatan giginya. Sehingga resiko terjadinya karies gigi akan semakin tinggi.

b.  Praktik/tindakan

            Faktor resiko terjadinya karies gigi terbesar kedua adalah praktik / tindakan. Praktik / tindakan untuk menyikat gigi dengan benar masih kurang tepat, mengurangi kebiasaan yang dapat menyebabkan gigi berlubang belum dilakukan dengan maksimal, dan masih ada beberapa orang yang belum rutin untuk melakukan kontrol gigi 6 bulan sekali.

            Semakin buruknya tindakan seseorang tentang kesehatan gigi dan mulut, maka akan semakin rendah pula tingkat kesadarannya untuk menjaga dan merawat kesehatan giginya. Sehingga resiko terjadinya karies gigi akan semakin tinggi. Tindakan yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut termasuk karies gigi (Rachmawati, 2010).

c.  Sikap

            Faktor penyebab terjadinya karies gigi ketiga adalah sikap. Menurut Notoatmodjo dalam Triyanti (2013) hal ini karena sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu pengayatan terhadap suatu obyek. Belum semua orang bersikap positif terhadap kejadian karies gigi, setuju dalam bersikap terhadap pentingnya mencegah karies baru. Sikap yang kurang tentang kesehatan gigi dan mulut juga dapat berpengaruh terhadap karies gigi.

d.  Pelayanan Kesehatan

            Faktor resiko karies yang keempat adalah pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan yang bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapai dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kondisi tempat pelayanan yang dapat dijangkau dari tempat tinggal dan mudahnya akses transportasi untuk menuju ke tempat pelayanan kesehatan membuat masyarakat dapat dengan mudah untuk datang berobat ke tempat pelayanan kesehatan.

                 Masyarakat yang rutin datang ke klinik gigi 6 bulan sekali berpeluang untuk tidak memiliki karies gigi  dibandingkan dengan masyarakat yang tidak rutin ke klinik gigi.

e.  Keturunan

                 Keturunan menjadi faktor resiko karies yang kelima. Kondisi kesehatan gigi dan mulut orang tua dapat diturunkan kepada anaknya, Orang tua yang memiliki susunan gigi berjejal, renggang, rapih, bentuk gigi yang besar, warna gigi, mempunyai karang gigi, mempunyai gigi sensitif, dan mempunyai gigi karies dapat diturunkan kepada anaknya.

f.   Lingkungan

            Lingkungan menjadi faktor resiko karies yang keenam. Masyarakat kurang mendapatkan informasi tentang kesehatan gigi dan mulut di lingkungan tempat tinggalnya, disertai dengan rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Lingkungan yang buruk akan berdampak pada kesehatan gigi dan mulut masyarakatnya. Sehingga menjadi salah satu faktor resiko karies gigi.

            Selain itu karies juga dipengaruhi oleh faktor risiko internal. Beberapa faktor risiko karies gigi diantaranya ialah faktor internal seperti pengalaman karies, kekurangan fluor, plak gigi, susunan gigi, kebiasaan konsumsi kariogenik, praktik sikat gigi. Berikut ini merupakan faktor risiko internal karies :

a.  Pengalaman Karies

            Pengalaman karies sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk  menentukan  terjadinya  karies  dimasa  yang  akandatang.  Penemuan klinik yang dapat dilihat pada anak yang beresiko karies tinggi adalah terjadi karies yang baru pada setiap kunjungan berkala (Angela, 2005).

b.  Kurang Penggunaan Fluor

            penggunaan  fluor  adalah untuk  melindungi  gigi  dari  karies.  Fluor  bekerja  dengan  cara  menghambat metabolisme plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidrosil apatit pada enamel menjadi fluor apatit (Angela, 2005).

c.  Susunan Gigi

            Susunan gigi berjejal berisiko mengalami karies dibandingkan dengan susunan gigi yang teratur. Beberapa kondisi maloklusi seperti gigi berjejal memiliki pengaruh terhadap kejadian karies pada gigi permanen. Kondisi gigi geligi yang berjejal mengakibatkan makanan terselip disela-sela gigi dan sulit untuk dibersihkan, hal ini akan terus berlanjut hingga sisa makanan tersebut diakumulasikan oleh bakteri membentuk kalkulus kemudin menjadi pemicu terjadinya karies atau gigi berlubang, penyakit gusi (gingivitis), dan yang lebih parah dapat terjadi kerusakan jaringan pendukung gigi (periodontitis) (Praptiningsih et al, 2012)

d.  pH Saliva

            pH saliva sedang berisiko mengalami karies gigi dibandingkan dengan pH saliva normal. Penurunan pH saliva dapat menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan kenaikan pH dapat membentuk kolonisasi bakteri yang menyimpan juga meningkatnya pembentukan kalkulus. Derajat keasaam dan kapasistas buffer saliva salah satunya dipengaruhi oleh makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh mulut melalui lulut yang dapat menyebabkan ludah bersifat asam maupun basa. Ketika seseorang telah mengkonsumsi makanan terutama makanan manis dan lengket seperti coklat, maka pH saliva akan menurun dari pH saliva normal ke asam (Utama, 2013)

e.  Skor Plak

Skor plak sedang berisiko mengalami karies gigi dibandingkan dengan skor plak baik. Plak akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Plak merupakan media lunak non mineral yang menempel erat pada gigi. Setelah 24 jam terbentuk koloni mikroorganisme di pelikel akan terikat bahan lain misalnya karbohidrat dan unsur-unsur yang ada dalam saliva lalu terbentuklah plak.

f.   Komponen Konsumsi Gula

Komponen konsumsi glukosa tinggi berisiko mengalami karies gigi dibandingkan dengan komponen konsumsi glukosa rendah. Jenis karbohidrat yang bersifat fermentasi (seperti glukosa, sukrosa, fruktosa atau pati yang telah dimasak) dapat dimetabolisme oleh bakteri yang bersifat asidogenik dan membuat asam organik sebagai produknya (Moynihan, 2004). Asam menyebar melalui plak dan kedalam enamel bawah permukaan pori (dentin, bila terpapar), terpisah untuk menghasilkan ion hidrogen ketika proses sedang berlangsung. Ion hidrogen dengan mudah melarutkan mineral, membebaskan kalsium, dan fosfat dalam larutan yang dapat menyebar dari gigi. Asam laktat dengan lebih mudah memisahkan dibandingkan asam lainnya, menghasilkan ion hidrogen dengan cepat menurunkan pH dalam plak. Maka pH diturunkan, asam dengan cepat menyebar kedalam enamel ataupun dentin (Sari, 2004).

 

 

B.   Instrumen Penilaian Resiko Karies

Instrument penilaian resiko karies diperlukan untuk penentuan aktivitas karies pada individu karena tiap individu memiliki kecenderungan faktor yang berbeda. Salah  satu  tujuan  dilakukan  penilaian  resiko  karies ialah  untuk  membantu  mengidentifikasi  factor  yang  berperan  pada  karies tersebut  sehingga  membantu  memprediksi  kerentanan  seseorang  terhadap karies saat ini atau karies yang akan datang. (Senawa dkk, 2015).

Ada  banyak  bentuk  metode  pengukuran  risiko  karies  yang  dapat digunakan  diantaranya  ialah : Cambra, American  Dental  Association (ADA), kariogram, American Academy Of Pediatric Dentistry (AAPD), dan Irene’s Donuts. Diantara berbagai metode tersebut, kariogram dan Irene’s Donuts merupakan software yang sering di aplikasikan ke masyarakat indonesia.

1.     Kariogram

Kariogram merupakan instrumen penilaian resiko karies berupa program yang berisi 10 parameter yang dapat diisi dengan skor 0-3 pada kolom yang tersedia. Skor 0 adalah untuk nilai paling baik dan skor 3 adalah nilai paling buruk.

Kariogram    memiliki    beberapa    tujuan,    yaitu    menggambarkan hubungan  karies  dengan  beberapa  faktor,  mengilustrasikan  pertentangan karies,    menampilkan    grafik    resiko    karies,    berusaha    meningkatkan, memungkinkan dapat digunakan di klinik, dan dimasukan sebagai program pendidikan. Pengukuran resiko karies diperlukan agar dapat melakukan  tindakan  pencegahan  yang  ditunjukan  langsung  kepada  orang yang mempunyai resiko tinggi terhadap karies. (Gozali, 2011).

Bagian  sektor  hijau  menggambarkan  perkiraan  “peluang  menghindari timbulnya   gigi   berlubang”   bagian   sektor   hijau   ini   akan   langsung terpengaruh bila faktor lain mengambil bagian dalam diagram tersebut. Bagian sektor biru tua menggambarkan faktor pola makan, yaitu kombinasi dari komponen diet dan frequensi makan. Bagian  sektor  merah  menggambarkan  faktor  bakteri,  yaitu  kombinasi banyaknya plak dan kandungan streptococcus mutans. Bagian   sektor   biru   muda   menggambarkan   sektor   kerentanan,   yaitu kombinasi adanya program fluor, sekresi saliva, dan kapasitas buffer dari saliva. Bagian  sektor  kuning  menggambarkan  faktor  lingkungan/keadaan  lain yang   berpengaruh,   yaitu   kombinasi   dari   pengalaman   masa   laludan penyakit yang terkait. (Bratthalldkk, 2004).

Katergori pengukuran karies dibagi menjadi beberapa berdasarkan hasil presentase pada sektor hijau, sebagai berikut :

a.    Resiko rendah apabila skor > 75%

b.    Resiko sedang apabila skor 25%-75%

c.    Resiko tinggi apabila skor < 75%

 

 

2.     Irene’s Donuts

Program  Irene’s  donut  merupakan  program  interaktif  dalam  bentuk program computer atau versi manual yang memberikan pemahaman tentang faktor  resiko  karies  sejak  dini,  sehingga  pencegahan  lebih  awal  penting dilakukan  melalui  peran  serta  orang  tua.  Program  ini dapat  menjelaskan faktor-faktor yang turut berperan dalam kesehatan gigi anak. Software dalam computer yang terdiri 20 buah pertanyaan yang ditunjukan kepada orang tua tentang  pengetahuan,  sikap,  dan  praktik  dari  orang  tua  itu  sendiri  serta kebiasaan anak yang berhubungan  dengan  kesehatan  gigi  dan   mulut. Program ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelainan pada rongga mulut sehingga dapat dilakukan intervensi kepada anak. Selanjutnya program  ini digunakan  sebagai  bahan  diskusi  atau  edukasi  kepada  orang  tua  untuk perbaikan kesehatan gigi anak. Program ini juga dapat menjelaskan faktor-faktor yang turut berperan terhadap kesehatan gigi anak. (Adyatmaka, 2008).

Menurut Magiestra, dkk., (2014) tujuan simulator risiko karies Irene’s Donut adalah : memberikan pemahaman tentang faktor-faktor risiko karies sejak dini, memberikan pemahaman tentang cara mencegah karies gigi, memberikan gambaran visual besar risiko karies yang dihadapi dan kemungkinan perbaikannya serta memberdayakan orang tua anak (masyarakat sekolah) untuk pemeliharaan kesehatan gigi anak.

 

 


PEMBAHASAN

 

  1. Hasil Analisis Teori

Kariogram merupakan instrumen penilaian resiko karies berupa program yang berisi 10 parameter yang dapat diisi dengan skor 0-3 pada kolom yang tersedia. Skor 0 adalah untuk nilai paling baik dan skor 3 adalah nilai paling buruk.

Hasil dari program Kariogram adalah berbentuk diagram lingkaran pie,yang terdiri atas lima bagian sektor atau kategori. Kelima sektor tersebut diantaranya ialah sektor hijau menggambarkan peluang menghindari timbulnya gigi berlubang, sektor hijau ini akan langsung terpengaruh apabila faktor lain telah mengambil bagian dari diagram tersebut. Sektor biru menggambarkan faktor polamakan, yaitu kombinasi dari komponen diet konten dan diet frekuensi. Sektor merah menggambarkan faktor bakteri, yaitu kombinasi bayaknya plak dan kandungan streptococcus mutans. Faktor biru muda menggambarkan sektor kerentanan, yaitu kombinasi adanya program fluor, sekresi saliva, dan kapasitas buffer. Sektor kuning menggambarkan faktor lingkungan/keadaan lain, yaitu kombinasi dari pengalaman karies dan penyakit lain yang berpengaruh. Semakin besar sektor hijau atau semakin tinggi peluang menghindari karies barumaka risiko terhadap terjadinya karies rendah.Apabila peluang menghindari karies baru rendah maka risiko terhadap terjadinya karies tinggi (D. Bratthall, Sweden, 2004).

Menurut Bratthall, semakin besar persentase peluang  menghindari karies baru, maka semakin  baik  dari  sudut  padang  kesehatan  gigi. Namun  berbeda dengan  kategori  yang  lainnya  seperti diet, bakteri,kerentanan, dan penilaian klinis, semakin kecil persentasenya maka semakin baik.

Hasil kariogram tersebut dapat pula menjadi acuan tenaga medis kesehatan gigi untuk memberikan informasi mengenai perilaku dan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh pasien.

Selain kariogram, software irene donuts juga merupakan program yang efektif dalam mendeteksi dan menganalisa faktor resiko kemungkinan terjadinya karies pada setiap individu yang berbeda dan memberikan pemahaman mengenai faktor resiko karies. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Reca, didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan ada penurunan skor risiko karies anak dengan penerapan metode Irene’s Donuts. Direkomendasikan kepada puskesmas sebagai pelaksana program.

Dengan demikian, penggunaan software kariogram dan Irene Donuts merupakan sebuah terobosan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya karies pada seseorang. Berdasarkan hasil penilaian dari software kariogram dan irene donuts dapat diketahui bahwa setiap individu memiliki kecenderungan faktor yang berbeda dalam resiko karies, hal tesebut dapat dijadikan sebagai dasar tenaga medis untuk memberikan tindakan promotif dan prventif yang tepat sesuai dengan kebutuhan sasaran atau pasien.

 


KESIMPULAN

 

Berdasaarkan sumber literasi, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1.    Kariogram adalah sebuah program perangkat lunak pada komputer yang bertujuan untuk menunjukkan latar belakang multi-faktorial karies gigi dengan menggambarkan interaksi yang berhubungan dengan sepuluh faktor karies.

2.    Irene’s Donut merupakan suatu program interaktif berbentuk program komputer atau versi manualnya. Cara yang dilakukan adalah mengisi faktorfaktor risiko terkait perilaku anak, kondisi kesehatan gigi anak, kondisi/lingkungan ibu dan anak, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu (orang tua anak). Kedua sofware tersebut sangat bermanfaat untuk melihat faktor resiko karies.

3.    Penggunaan software kariogram dan irene donuts sangat direkomendasikan untuk diaplikasikan ke masyarakat karena diilai lebih efektif.

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Adyatmaka, I.,2008. Model Simulator Risiko Karies Gigi Pada Anak